Thursday, May 8, 2014

Kependudukan Indonesia dalam Perspektif Pemuda

Kita semua sudah mendengar bahwa kita akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2025, dimana jumlah angkatan kerja/siap berkerja semakin banyak dan semakin banyak...
Sepertinya jumlah pertambahan penduduk itu akan baik-baik saja, selama kita bersama pemerintah bisa mengelola dan mengaturnya.

Sebagai contoh kecil saja; Tiongkok dengan jumlah penduduknya yang tidak sedikit adalah pasar yang sangat baik, bahkan untuk pengusaha (kecil) pulpen/pena atau sandal. lagipula siapa yang tak perlu pulpen? siapa yang tak perlu sandal/sepatu?
Negara ini juga harus bisa!

Jadi, semakin banyak penduduk, semakin banyak pekerja dan pengusaha
Semakin banyak pekerja dan pengusaha berarti penerimaan pajak negara semakin besar.
Dan jika pengelolaan pajak salah-satunya digunakan oleh pemeritnah untuk mengatur ketertiban umum, sepertinya pertambahan penduduk memang akan bermanfaat baik.
Toh, daerah selain Jakarta di pulau Jawa ini masih luas, apalagi di Kalimantan dan Sumatra, masih cukup bisa menampung kelahiran penduduk baru...

Ketertiban umum itu mencakup hal penertiban PKL, penduduk kawasan kumuh, penduduk bantaran sungai, pengemis dan pengamen serta anak jalanan, pungli, budaya bersih dengan membuang sampah di tong sampah atau membakarnya atau kalau perlu dibuat tempat daur ulang dengan kerjasama teknologi dari Jerman.
Termasuk ketertiban umum adalah budaya antri.
Memang mungkin tak semudah menulis atau membicarakannya, tapi itu semua tergantung manajemen pengaturan dari pemerintah yang sebaiknya kreatif dalam mengelola dan mengatur masyarakat serta sumber daya alam kita.

Apalagi kalau berbicara tentang sanksi/hukuman, sangat kurang tepat kalau hanya mengandalkan denda tinggi atau hukuman terberat, pemerintah sebaiknya tidak membuat bahasa peraturan yang ambigu. Akan lebih baik kalau sanksinya lebih masuk akal seperti sanksi sosial. Contoh:
Daripada memenjarakan orang yang mencuri ayam atau buah untuk makan atau untuk bayaran sekolah anak, bukankah lebih bijak kalau diberi sanksi seperti membersihkan got atau sungai satu kampung (misalnya)
Untuk anak-anak pelajar dan mahasiswa tawuran dan berlaku anarkis ataupun membully temannya, bisa diterapkan sanksi tidak mencetak dan tidak mengeluarkan ijazah siswa/mahasiswa tersebut (misalnya). Biarkan kita melatih anak-anak untuk berpikir bahwa mereka punya masa-depan untuk hidup mereka dan untuk negara ini.
Ya memang tak ada orang yang sempurna. Tapi sebagai manusia, kita bisa memilih......

Kita memang membutuhkan pegawai-pegawai negara yang bisa berpikir holistik tentang permasalahan bangsa ini,
Kita membutuhkan pemimpin dan pegawa-pegawainya yang kreatif, cepat-tanggap dan santun dalam melayani.
Pegawai negara kalau ingin kaya, jadi pengusaha saja! Tak perlu korupsi/KKN.
Karena melayani oranglain itu tidak ringan, apalagi melayani masyarakat yang banyak permintaan dan tinggi harapan atas hasil kinerja pemerintah.

Terakhir. Kalau negara ini ingin maju, sebaiknya pemerintah fokus terhadap kekuatan bangsa ini, kalau mau membuat mobil nasional sepetinya sudah sangat amat terlambat, karena diluar sana sudah ada teknologi terbaru untuk mobil, sedangkan kita malah baru membuat mobil berbahan bakar minyak...

No comments:

Post a Comment

Ayo! berkomentar yang baik, santun dan sopan dengan komentar, kritik atau saran yang membangun.

Speak Your Mind!

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Promoted Content

Contact us

Name

Email *

Message *