Manusia tempatnya salah dan lupa,
Jika terlalu sering lupa itu namanya disengaja.
Kata bang Rhoma... Hehehe
Dalam menjalani kehidupan, mungkin sebagian dari kita sering ataupun pernah terpikir, misalkan:
1. Saya selalu sholat tapi tetep aja saya tidak/belum terlindung dari kemungkaran dan perbuatan dosa.
2. Saya sering berbuat baik, tapi kok hidup saya belum baik-baik juga.
3. Saya sering baca Al-Qur'an sering belajar tapi kok yah rasanya bejatnya saya makin menjadi....
Betul, prinsip hidup orang berbeda-beda tergantung watak atau karakter dan atau pengaruh lingkunannya. Namun kita bisa selalu kembali kepada kearifan lokal ataupun kata pepatah dan termasuk Al-Qur'an beserta Al-Hadist itu sendiri.
Mengikuti kearifan lokal bukan berarti kuno atau tidak gaul ataupun percaya tahayul, semua ada sejarahnya dan para orangtua dahulu, mereka rela berbagi pengalaman agar kita yang sekarang ini tidak melakukan kesalahan yang sama.
Jadi, ibarat pepatah dari sebuah cerita:
Maka, dengan begitu dalam pribadi tiap orang, ada yang kesalahanya mudah dibersihkan, ada yang perlu berkali-kali dibersihkan.
Lalu jika sangat kotor, harus berapa kali membersihkannya? Tak ada yang tau, lakukan saja, nikmati keluh kesahmu selama menjalankannya,
Jika kita terus berbuat baik walaupun secara bersamaan kita juga berbuat lebih kotor, toh pada akhirnya akan sampai pada suatu waktu dimana kita betul-betul menjadi bersih (walau hanya satu sisi). Hingga perasaan dan ego untuk berbuat kotor itu tadi betul-betul menghilang.
Selamat berjuang!
Kamu pasti bisa!!
Jika terlalu sering lupa itu namanya disengaja.
Kata bang Rhoma... Hehehe
Dalam menjalani kehidupan, mungkin sebagian dari kita sering ataupun pernah terpikir, misalkan:
1. Saya selalu sholat tapi tetep aja saya tidak/belum terlindung dari kemungkaran dan perbuatan dosa.
2. Saya sering berbuat baik, tapi kok hidup saya belum baik-baik juga.
3. Saya sering baca Al-Qur'an sering belajar tapi kok yah rasanya bejatnya saya makin menjadi....
Betul, prinsip hidup orang berbeda-beda tergantung watak atau karakter dan atau pengaruh lingkunannya. Namun kita bisa selalu kembali kepada kearifan lokal ataupun kata pepatah dan termasuk Al-Qur'an beserta Al-Hadist itu sendiri.
Mengikuti kearifan lokal bukan berarti kuno atau tidak gaul ataupun percaya tahayul, semua ada sejarahnya dan para orangtua dahulu, mereka rela berbagi pengalaman agar kita yang sekarang ini tidak melakukan kesalahan yang sama.
"Karena tidak akan cukup umur kita untuk melakukan semua kesalahan itu,"
Jadi, ibarat pepatah dari sebuah cerita:
"Bahwa seorang ayah menyuruh anaknya mengambil air disungai dengan keranjang kotor, berkali-kali anak itu mencoba mendapatkan air, berkali-kali pula anak itu tidak mendapatkannya, semakin cepat dia berlari semakin cepat pula air itu habis menetes. Hingga anak itu mengeluh kepada ayahnya; Mengapa ayah menyuruh saya melakukan ini, padahal jelas-jelas kita tak akan pernah mendapatkan air dengan keranjang yang penuh dengan lubang-lubang???
Nak, coba kamu lihat keranjang itu, bukankah tadi awalnya kotor? Sekarang perhatikan lagi, apakah masih kotor?"
Maka, dengan begitu dalam pribadi tiap orang, ada yang kesalahanya mudah dibersihkan, ada yang perlu berkali-kali dibersihkan.
Lalu jika sangat kotor, harus berapa kali membersihkannya? Tak ada yang tau, lakukan saja, nikmati keluh kesahmu selama menjalankannya,
Jika kita terus berbuat baik walaupun secara bersamaan kita juga berbuat lebih kotor, toh pada akhirnya akan sampai pada suatu waktu dimana kita betul-betul menjadi bersih (walau hanya satu sisi). Hingga perasaan dan ego untuk berbuat kotor itu tadi betul-betul menghilang.
Selamat berjuang!
Kamu pasti bisa!!